Selasa, 24 Februari 2015
BERGURU KEPADA LEBAH
Lebah adalah salah satu dari lima hewan
yang namanya diabadikan sebagai nama Surat di dalam al-Qur’an. banyak hal yang
bisa dijadikan pelajaran dari makhluk yang bernama lebah (al-Nahl) ini. Surat
al-Nahl menurut para Ulama merupakan Surat Makkiyah (yang diturunkan sebelum
Nabi Hijrah ke Madinah). Pada umumnya Surat Makkiyah berbicara tentang tauhid
(keimanan). Maka sesungguhnya penamaan surat ke-16 di dalam al-Qur’an dengan
nama Lebah juga mengandung nilai tauhid. Jenis kelamin lebah, berbeda dengan
manusia yang jenis kelaminnya ditentukan oleh perbedaan kromosomnya (X dan Y),
ditentukan oleh jumlah kromosomnya. Kromosom lebah jantan berjumlah 16 buah,
sementara kromosom lebah betina berjumlah 32. Jumlah ini memiliki keserasian
dengan urutan Surat al-Nahl di dalam al-Qur’an, yaitu surat ke-16. Sementara
itu jumlah ayat dalam Surat al-Nahl berjumlah 128 ayat. Jumlah yang bisa dibagi
dengan 16 dan juga bisa dibagi 32. Keserasian ini menunjukkan bahwa Yang Menurunkan
al-Qur’an adalah Zat Yang Maha Mengetahui. Bertafakkur tentang lebah,
sebagaimana juga bertafakkur tentang alam jagad raya ini (ayat kauniyah), akan
membuat kita semakin tertunduk untuk mengakui kebesaran Allah yang telah
menciptakan alam ini dengan penuh keserasian.
Keimanan atau akidah memiliki kaitan
yang sangat erat dengan karakter. 13 tahun Rasulullah saw menanamkan akidah
pada periode Mekkah, sesungguhnya dalam masa itu Rasulullah saw juga sedang menggemblem
karakter para sahabat, sehingga pada periode ini lahirlah para budak berjiwa
merdeka seperti Bilal bin Rabah, di samping juga lahir para Bangsawan dan
Hartawan yang berhati rendah, seperti Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan dan
lain-lain. Berkaitan dengan lebah, Rasulullah pernah mengatakan bahwa karakter
orang yang beriman hendaknya seperti karakter lebah. Di sinilah menariknya
untuk mengenal lebah lebih dekat. Ada beberapa karakater lebah yang tidak
dimiliki oleh binatang lain dan harus dijadikan pelajaran oleh orang-orang
beriman, di antaranya adalah :
Pertama, lebah adalah makhluk pekerja keras, untuk
mengumpulkan madu seekor lebah bisa menempuh jarak 46 Km nonstop. Di samping
itu masyarakat lebah adalah koloni yang bersinergi
dengan pembagian kerja yang rapi. Masyarakat lebah memiliki pembagian kerja
yang sangat rapi. 450 gram madu dihasilkan dari kerja sama 550 ekor lebah yang
menghisap nektar dari 2.5 juta kembang. Di antara jenis lebah ada lebah
penjelajah yang bertugas menemukan nektar, ada lebah pengangkut dan lain
sebagainya. Masyarakat Islam adalah masyarakat pekerja keras yang bersinergi
untuk saling melengkapi satu sama lain. Dalam membangun masyarakat diperlukan
semua jenis orang, diperlukan orang tua yang lembut dan bijaksana seperti Abu
Bakar, diperlukan seorang yang keras dan tegas dalam menegakkan kebenaran seperti
Umar bin Khattab, diperlukan hartawan yang dermawan seperti Usman bin Affan,
dan juga pemuda yang memiliki intelektual dan semangat yang tinggi seperti Ali
bin Abi Thalib.
Ketiga, lebah tidak makan kecuali dari sumber yang baik dan
suci. Di dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dan dikutip
oleh Imam Nawawi sebagai hadis keenam dari Hadis Arba’in, Rasulullah memberikan
gambaran bahwa halal dan haram itu sudah jelas, di antara halal dan haram ada
wilayah abu-abu (syubhat) yang tidak diketahui oleh sebagian besar manusia.
Siapa yang ingin menyelamatkan hidup dan agamanya, maka ia harus menjaga
dirinya dari sesuatu yang haram dan syubhat. Di akhir hadis Rasul menjelaskan
bahwa di dalam diri manusia ada segumpal darah yang menentukan kualitas baik
buruknya seseorang, segumpal darah tersebut itulah yang dikenal dengan qalbu
(hati). Dari hadis ini tersirat makna bahwa baik buruknya hati manusia
ditentukan oleh halal haramnya makanan yang ia konsumsi. Dengan demikian, jika
kehancuran sebuah bangsa dimulai dengan rusaknya mental dan moral
masyarakatnya, maka rusaknya mental masyarakat dimulai dari makanan haram yang
mereka konsumsi.
Keempat, lebah mengeluarkan madu yang memiliki rasa yang
manis dan bisa menjadi obat. Layaknya madu, seorang mukmin yang baik hendaknya
selalu mengeluarkan kata-kata yang manis dan karya yang bermanfaat, sehingga apa
yang ia hasilkan bisa menjadi obat (part of solution) dari berbagai
persoalan yang dihadapi masyarakat. Sesuai dengan potensi yang dimilikinya,
seorang mukmin harus
Kelima, lebah tidak menggigit kalau tidak mengganggu, dan
kalaupun lebah menyengat, sengatannya pun kadang menjadi obat. Seorang muslim,
sesuai dengan misi agama yang ia anut (rahmatan lil alamin), adalah
manusia yang cinta damai, akan tetapi muslim bukanlah manusia lemah yang
berdiam diri saat kehormatannya dilecehkan. Dan pada saat dia dizalimi, dia
akan bertindak untuk mencegah kezaliman tersebut, akan tetapi kezaliman yang ia
rasakan tidak akan membuat ia berlaku tidak adil terhadap orang yang
menzaliminya.
(Metro Riau : 15 Maret 2012)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar